Silaturahmi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Aceh dengan Bupati Aceh Barat Daya
Aceh Barat Daya – Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Aceh, Bpk.Achris Sarwani memperkenalkan konsep integrated farming untuk mendorong kemajuan ekonomi daerah dalam kunjungan kerjanya di Kabupaten Aceh Barat Daya (Abdya) yang dikenal sebagai penghasil kelapa sawit ini.
Kunjungan Bpk.Achris Sarwani diterima dengan baik oleh Bupati Abdya, Bpk. AkmalIbrahim, Wakil Bupati Abdya, Bpk. Muslizar, Sekda Abdya, Bpk. Thamrin, beserta jajaran Kepala Dinas terkait di lingkungan Pemerintah Kabupaten Abdya. Lebih lanjut, dalam acara yang berlangsung selama tiga jam tersebut, turut hadir Direktur Operasional Bank Aceh, Bpk. Lazuardi dan KepalaBankAceh Cabang Blang pidie, Bpk. Samsul Bahri.
Bpk.Achris Sarwani memperkenalkan konsep integrated farming yang merupakan bentuk pemberdayaan ekonomi masyarakat melalui pemanfaatan biaya modal yang rendah, namun bisa memberikan hasil lebih dari dua kali lipat dan mengajak masyarakat agar mengadopsi kegiatan penguatan ekonomi ini dengan menggerakkan sector pertanian yang ramah lingkungan dalam diskusi yang dipandu oleh Staf Ahli Bupati Abdya, Bpk. Muslim.
Bpk. Achris Sarwani mencontohkan melalui penerapan teknologi yang sedang disupport oleh BIini, petani cukup memiliki 3ekor sapi untuk menghasilkan 1Ha padi dengan tingkat produktivitas maksimal mencapai 20 ton per Ha. Kotoran sapi dapat dikonversi menjadi pupuk organic yang mampu memperbaiki struktur dan hara tanah, selanjutnya jerami padi yang selama ini dianggap sebagai limbah pertanian dapat digunakan sebagai bahan pakan untuk ternak selama proses produksi.
Pada kesempatan tersebut,turut serta konsultan ahli Bank Indonesia, Bpk.Dr.Ir.Nugrohoyang memberikan pemaparan teknis dan menjelaskan bahwa pihak Bank Indonesia Aceh telah memperkenalkan formula cairan pengubah kotoran hewan menjadi pupuk organic dalam waktu yang lebih cepat.Formula decomposer organic yang diberi nama Microbachter Alfaafa (MA-11) tersebut telah digunakan di 32 provinsi di Indonesia dan saat ini di Provinsi Aceh sedang dikembangkan di mini lab SMKPP Negeri Saree, Aceh Besar yang teritegrasi dengan integrated farming disekolah tersebut sejak awal tahun 2021 dengan hasil memuaskan.
Menanggapi hal tersebut, Bupati Abdya, Bpk. Akmal Ibrahim merasa antusias menyambut teknologi pertanian terpadu berbasis pelestarian lingkungan ini. Menurut Bpk Akmal Ibrahim, konsep memadukan lahan peternakan atau perikanan dengan lahan pertanian secara konvensional telah banyak diterapkan masyarakat. Ia mencontohkan masyarakat yang menggembala ternaknya di areal padi atau pun kelapa sawit serta potensi peningkatan produksi tambak udang vaname di Kabupaten Abdya.Selain hewan ternaknya sehat-sehat,lahan padi atau sawit semakin subur dengan produktivitas yang semakin meningkat.Apalagi jika kita bisa memanfaatkan teknologi yang di tawarkan Bank Indonesia Aceh ini akan sangat membantu pada petani maupun peternak.
Sebagaimana yang kita ketahui bahwa dalam beberapa pecan terakhir,masyarakat dari delapan desa di Abdya mengeluhkan munculnya kawanan lalat yang menyerang permukiman mereka.Penyebab banyaknya kawanan lalat tersebut di duga berasal dari tempat usaha peternakan ayam berupa tujuh buah kandang milik sebuah perusahaan yang dekat permukiman warga.Tidak hanya kotoran sapi, kotoran ayampun dapat dikonversi menjadi pupuk organic untuk tanaman jagung dan limbah pertanian dapat digunakan sebagai bahan pakan ayam.
Diakhir pertemuan tersebut, Bpk. Achris Sarwani memberikan 1paket MA-11 (10liter), handsprayer, dan hara meter kepada Bupati Abdya sebagai bentuk perkenalan dalam rangka uji coba penggunaan super decomposer MA-11 di lahan pertanian maupun perkebunan bagimasyarakat Abdya. (rel/red)
Discussion about this post