Program Grand Design Alternative Development (GDAD) telah berhasil menurunkan produksi ganja di provinsi Aceh.
“Ini berkat dukungan dari semua pihak dan kerja keras para petani.”
Kata Kepala BNN Provinsi Aceh, Brigjen Pol Drs Heru Pranoto MSi kepada Wartawan di Meuligoe Bireuen, Jumat malam lalu.
Dalam kunjungan kerja ke Bireuen Kepala BNN Provinsi Aceh, Heru Pranoto yang ditanya Wartawan tentang program GDAD yang diprakarsai oleh BNN, menyebutkan, tujuan program tersebut agar masyarakat dapat beralih dari sebelumnya menanam tanaman ilegal (ganja) untuk menanaman tanaman lain yang juga memiliki nilai ekonomi.
Sebut Heru Pranoto, tentang program GDAD yang dilaksanakan oleh BNN, selama empat tahun terakhir ini telah memberikan hasil yang sangat menggembirakan dalam upaya pemberantasan narkotika jenis ganja di provinsi ujung barat pulau sumatra.
Kata kepala BNN Provinsi Aceh, Brigjen Heru Pranoto, program GDAD dilaksanakan dengan tujuan untuk mengubah polapikir masyarakat dari kebiasaan menanam ganja beralih menanam tanaman lain yang produktif.
“Dengan program ini diharapkan penanaman ganja di pelosok desa atau di kawasan hutan, lambat laun akan terkikis habis,” harap Heru Pranoto.
Kepala BNN Provinsi Aceh itu juga menyebutkan program GDAD akan terus berlanjut untuk memutus mata rantai produktivitas ganja di provinsi berjulukan serambi mekah ini.
Sambung Brigjen Pol Drs Heru Pranoto MSi, masyarakat tetap didorong agar mau bercocok tanam secara legal, sehingga tidak mudah lagi dipengaruhi oleh para bandar narkotika.
“Program ini terbukti sangat baik dan efektif untuk memberantas penanaman ganja dan dapat meningkatkan ekonomi masyarakat pada beberapa kabupaten di Aceh. Bahkan, tahun ini di Kabupaten Bireuen tercatat sebanyak 12 ribu hektar ditanami jagung melalui program GDAD yang sudah dilakukan panen raya pada Februari 2020,” ujarnya. Pun begitu, Brigjen Pol Drs Heru Pranoto MSi, mengakui belum seratus persen penanaman ganja di Provinsi Aceh hilang.
“Tetapi penurunannya cukup drastis. Setelah lahan-lahan semakin banyak ditanami komoditas perkebunan yang potensial dan memiliki nilai ekonomi tinggi,” pungkasnya. (Mi)
Discussion about this post