perbankan syariah sebagai tumpuan harapan para pelaku ekspor-impor di Aceh dalam bertransaksi dengan pihak luar negeri,
Pandemi Covid19 telah menyebabkan perekonomian mengalami keterpurukan. Seluruh pelaku ekonomi terkena dampaknya, mulai dari pelaku ekonomi pada kelompok UMKM, hingga kepada konglomerasi. Mulai dari negara miskin, hingga negara maju. kegiatan yang di langsungkan di Hotel Ternama di Provinsi Aceh Kyriad Muraya bimana turut dihadiri oleh Gubernur Aceh Ir.H. Nova Iriansyah MT, Forkopimda, Instasi Vertikal, Kepala Balai, GM Garuda Indonesia, serta Narasumber Bank Syariah Indonesia Tjahjono Soebroto,
Kepala Bank Indonesia Provinsi Aceh Achris Sarwan memberikan dalam sambutan dan paparannya menjelaskan, Rapor perekonomian dunia tahun 2020 dihiasi warna merah atau kontraksi:
Global = – 4,4%
Amerika Serikat = – 4,3%
Eropa = – 5,1%
India = – 7,7%
Indonesia = – 2,07%
Tiongkok sebagai sumber asal virus corona dan salah satu raksasa ekonomi dunia, masih mengalami pertumbuhan positif, yaitu 1,9%
Di tahun 2021, diproyeksikan perekonomian akan mengalami perbaikan, seiring dengan dimulainya program vaksinasi global, berbagai negara diproyeksikan tumbuh positif, tak terkecuali Indonesia.
Berdasarkan proyeksi BI, ekonomi Indonesia akan tumbuh dikisaran 4,2 s.d. 4,6%. Dalam Pertemuan Tahunan Bank Indonesia yang diselenggarakan tanggal 3 Desember 2020 lalu, Gubernur BI menyatakan optimisme BI terhadap pemulihan ekonomi nasional pada tahun 2021 dapat terwujud, dengan penguatan sinergi melalui 1 prasyarat dan 5 strategi. Satu prasyarat tersebut adalah vaksinasi dan disiplin protokol COVID-19, dan 5 strategi respons kebijakan sebagai berikut :
1) pembukaan sektor produktif dan aman,
2) percepatan stimulus fiskal (realisasi anggaran),
3) peningkatan kredit dari sisi permintaan dan penawaran,
4) stimulus moneter dan kebijakan makroprudensial, dan
5) digitalisasi ekonomi dan keuangan, khususnya UMKM.
“Untuk mencapai angka pertumbuhan ekonomi tahun 2021 yang sudah diproyeksikan, diperlukan dukungan semua pelaku ekonomi di berbagai sektor, baik di level nasional maupun daerah. Peluang yang ada harus dapat dioptimalkan”.
Provinsi Aceh sebagai salah satu daerah dengan sumber daya alam yang potensial terutama di sektor pertanian, perikanan, dan pertambangan, tentunya sangat diharapkan kontribusinya untuk perekonomian nasional, komoditas yang dihasilkan dari bumi dan laut Aceh, kiranya dapat dimanfaatkan bukan hanya untuk mencukupi kebutuhan domestik, melainkan juga diharapkan dapat memperkuat ekspor IndonesiaTutur Achris.
Achris Mengimbuhkan, Secara teori, pertumbuhan ekonomi atau PDB/PDRB terbentuk dari konsumsi rumah tangga (C), pengeluaran pemerintah (G), Investasi (I), serta Net Ekspor (X-M). Dari sini terlihat bagaimana pentingnya ekspor bagi pertumbuhan ekonomi suatu negara atau daerah, selain mendorong pertumbuhan ekonomi, ekspor juga berperan besar dalam mengurangi defisit transaksi berjalan atau yang dikenal dengan Current Account Deficit (CAD), kondisi Indonesia yang telah mengalami CAD sejak 2011, menjadikan nilai tukar Rupiah menjadi rentan, terutama akibat faktor eksternal. Kebutuhan akan valas terutama Dollar Amerika tidak dapat tercukupi dari valas yang masuk/diterima Indonesia. Dengan demikian, bila Aceh bisa menggenjot ekspornya, maka manfaat yang diterima bukan hanya bagi pertumbuhan ekonomi Aceh, melainkan juga perekonomian nasional, serta termasuk kestabilan Rupiah.
Beranjak dari kondisi tersebut, Bank Indonesia sebagai Bank Sentral, akan sangat mendukung berbagai upaya untuk peningkatan ekspor. Dari sisi hulu, BI melaksanakan program yang bertujuan mengoptimalkan SDA yang ada, dengan memperhatikan kualitas dan produktivitas barang yang dihasilkan, sehingga menjadi layak ekspor. Program klaster, Local Economic Development, dan WUBI dilakukan di seluruh kantor BI di daerah. Di sisi hilir, fasilitasi dan dukungan BI diberikan untuk berkembangnya industri pengolahan, sehingga bisa memberikan nilai tambah bagi pelaku ekonomi di Indonesia. Akses pemasaran pun menjadi perhatian BI, melalui kegiatan expo, business matching, hingga pemanfaatan teknologi seperti digital marketing, katanya.
Sebagus apapun program pengembangan ekspor yang dilakukan dari sisi produksi dan pemasaran, apabila tidak didukung dengan infrastuktur keuangan yaitu perbankan, maka aktivitas ekspor akan terhambat, tentunya dengan berbagai layanan yang diberikan perbankan, maka aktivitas ekspor-impor yang menghubungkan pihak di dalam negeri dengan pelaku di luar negeri, dapat berjalan dengan lancar, aman, dan efisien. Oleh karenanya, perbankan tidak dapat dilepaskan dari kegiatan ekspor-impor, Ungkapnya.
“Khusus di Aceh, dengan berlakunya Qanun No. 11 Tahun 2018 tentang LKS, menjadikan perbankan syariah sebagai tumpuan harapan para pelaku ekspor-impor di Aceh dalam bertransaksi dengan pihak luar negeri, kami melihat hal tersebut bukan hanya sebagai tantangan, melainkan juga peluang bagi perbankan syariah untuk memperbesar eksistensinya dalam industry keuangan di Indonesia, dengan menguasai 100% pangsa perbankan Aceh”.
Dan Alhamdulillah, seiring dengan semakin dekatnya implementasi penuh Qanun LKS Januri 2022, lahir lah Bank Syariah Indonesia. Dengan kekuatan asset, jaringan kantor, teknologi, SDM dan pengalaman, diharapkan kehadiran BSI dapat menjawab berbagai kekhawatiran atau keraguan masyarakat Aceh terhadap layanan perbankan syariah pasca diberlakukannya Qanun LKS, termasuk dalam kegiatan ekspor-impor, tentu kita tidak bisa memaksakan agar BSI langsung ready 100% untuk melayani semua kebutuhan nasabah, karena proses merger memerlukan waktu. Terlebih lagi di Aceh, karena yang merger bukan hanya 3 bank layaknya di provinsi lain, melainkan 6 bank, Harapnya.
“Insya Allah dengan dukungan para nasabahnya serta stakeholder terkait, proses merger BSI akan berjalan dengan lancar dan cepat. Acara pada hari ini, merupakan bagian dari upaya Pemerintah Aceh, BI, dan stakeholder terkait dalam mendukung proses merger BSI agar berjalan dengan smooth, Pemaparan dari BSI nanti, diharapkan akan memberikan informasi mengenai produk dan layanan BSI yang dapat mendukung kegiatan para pelaku ekspor di Aceh, Selain itu, kehadiran narasumber dari Kanwil Bea Cukai Aceh, akan semakin melengkapi kebutuhan informasi dalam kegiatan ekspor-impor.
“Kami atas nama Bank Indonesia, mengucapkan terima kasih kepada Bapak Gubernur atas kerjasama Pemerintah Aceh melalui Dinas Industri dan Perdagangan, dalam Tim Koordinasi Peningkatan Ekspor dan Pengendalian Impor Aceh (Pepinda), dimana BI dan Kanwil Bea Cukai dipercaya menjadi koordinator. Bersama stakeholders terkait lainnya, Tim Pepinda akan berupaya meningkatkan ekspor Aceh, sehingga memberikan manfaat bagi perekonomian masyarakat”, Imbuhnya.
Dalam kesmepatan ini kami juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya, atas kesediaan Bank Syariah Indonesia Regional 1 untuk mendukung penuh kegiatan hari ini. Dan tidak lupa kami ucapkan terima kasih atas kehadiran para undangan dan peserta sosialisasi, Semoga dengan kebersamaan dan sinergi kita semua, prospek ekonomi Aceh akan lebih baik ke depannya, menuju Aceh Hebat, Tutupnya.(Red)
Discussion about this post