Subulussalam – Pekan Budaya dan Tradisi Barat Selatan (Barsela) yang berlangsung di Lapangan Sada Kata, Kota Subulussalam menampilkan beragam jenis hasil kerajinan dan aneka makanan khas atau kuliner.
Pantauan di lapangan, Senin, 21 Maret 2022 meski sudah memasuki hari ketiga, suasana di lokasi acara masih ramai pengunjung hadir di sana berkunjung ke stand pameran kab/kota yang dipusatkan di lapangan Sada Kata, Kompleks Perkantoran Pemerintah Kota Subulussalam.
Stand pameran Kabupaten Aceh Singkil misalnya, selain menampilkan beragam hasil kerajinan tangam seperti Lokan Crispy, Ciput Crispy dan Kue Jala-jala, mereka juga menyajikan sejumlah makanan khas (makanan basah) daerah seperti kedah sagu, lompong sagu, delabahk manuk dan godehk sagu yang langsung diolah (dibuat) di stand pameran tersebut.
Ibu ibu sedang membuat lompong sagu di stand Aceh Singkil
Menu makanan basah itu sangat diminati oleh pengunjung, terutama lompong menjadi makanan khas terlaris di stand kuliner Aceh Singkil dengan harga Rp1.000 untuk satu lompong sagu. Namun pengunjung tidak bisa langsung membeli makanan khas Aceh Singkil itu, mereka harus bersabar mengantri, karena lompong sagu yang sedang dibakar sudah duluan dipesan oleh pengunjung lain yang datang duluan.
Rasa lompong sagu tersebut memang sangat nikmat, campuran pisang dan sagu dibalut pakai daun pisang lalu dibakar sekitar 15 menit hingga matang.
“Enak sekali rasanya lompong sagu ini, apalagi panas-panas begini,” kata salah seorang pengunjung, Maharuddin yang sedang memakan lompong sagu makanan khas Aceh Singkil.
Di samping Stand Aceh Singkil, ada Stand Aceh Jaya menampilkan hasil kerajinan tangan seperti sejumlah kain kasap beragam motif, pewangi sarang burung walet, kain sonket motif on nilam, yang sudah memiliki hal paten dari Kemenkumham Repuplik Indonesia.
Dari segi kuliner, Aceh Jaya jug menjajakan sejumlah kuliner khas daerah seperti kerupuk kerang, siap saji dan tidak siap saji, pewangi sarang burung walet, madu linot, minyak biji kelor, kapsul dari kelor, kelapa gonseng, serbuk daun kelor untuk lulur, bubuk kopi protugis (kopi rebusta lamno.
Stand Aceh Jaya
Stand Aceh Barat juga menampilkan hasil kerajinan tangan daerah itu seperti sopa, guci, tas dan peralatan dapur yang terbuat dari enceng gondok. Ada juga kain kasap, tenun baju, temperung batok kelapa, sarung botol aqua dari kain kasap dan dompet inovasi bati dan kain kasap. Untuk kiner, mereka menampilkan bumbu rujak dan ikan kemamah.
Menu terakhir sangat dimanti pengunjung yang datang ke stand Aceh Barat. Kuliner ikan kemamah menjadi yang terlaris di antara menu lainnya, hal itu dibuktikan mene ikan kemamah langsung habis di hari pertama pembukaan setelah diserbu pengunjung memadati lapangan Sada Kata, Subulussalam.
Rumah Talas, Dekranasda Subulussalam
Stand UMKM Ogek Uti Kota Subulussalam menampilkan aneka kuliner seperti Celo Sagu khokhoh Baung, Ditak Matah, Delabah Manuk,
Mie Rundeng, Sate jengkol, Kue Mangkuk, Pati Santan, Labang labang, Ginakhu, Dodol, Keripik Kentang, Keripik Pisang, Kue Bawang, Bubuk Kopi.
Di antara menu tersebut, Mie Rundeng sangat diminati para pengunjung yang hadir di sana, bazar Ogek Uti selalu ramai karena menyajikan banyak makanan khas. Momentum pekan budaya ini, memberikam dampak positif bagi pelaku usaha ekonomi kreatif yang menjajakan aneka makanan di Arena Pekan Budaya.
“Alhamdulillah pekan budaya membawa rezeki, banyak makanan yang laris sejak hari pertama sampai ketiga, inilahlan nikmatnya jadi tuan rumah banyak untungnya,” kata Endang penjaga stand Ogek Uti Subulussalam.
Sekretaris Dekranasda Aceh Selatan, Syukran jelaskan Kain motif bunga Situnjung ini sudah familiar sekali, sudah terkenal, karena sudah ada hak paten dari Kemenkumham
Selan itu, di stand itu juga ada Abadi Bird’s Neste Dink (Minuman dari Sarang Walet) diproduksi oleh masyarakat Subulussalam. Minuman itu memiliki khasiat untuk kesehatan tubuhz termasuk mencegah kanker.
Selain stand Ogek Uti, ada juga Stand Rumah Talas, Dekranasda Subulussalam memproduksi aneka kuliner yang semua bahan bakunya dari daun talas seperti Bronis Talas, Donat Talas, Kolak talas, Timpan Talas, Pai Talas, Risol Talas, Dodol Talas, Wajik Talas, Gulai Talas dan Puding Talas. Menu Bronis Talas dan Kolak Talas menjadi pilihan utama pengunjung untuk merasakan nikmatnya kue yang berasal dari buah talas itu.
Stand Aceh Selatan menampilakn hasil kerajinan tangan seperti Lampu Raihan dari Kayu Manis, Lampu hias, Tas dan Dompet dari main kasap. Ada juga juga kain motif Bunga Situnjung sudah hak paten dari Kemenkumham.
“Kain motif bunga Situnjung ini sudah familiar sekali, sudah terkenal, karena sudah ada hak paten dari Kemenkumham,” kata Sekretaris Dekranasda Aceh Selatan, Syukran menjelaskan kepada wartawan saat berkunjung ke stand negeri buah pala tersebut.
Di stand itu juga banyak kuliner yang disajikan di atas meja aneka kue pala, Bumbu Dapur, Keripik dari Daun kelor, Keripik jantung pisang, Keripik pisang manis dan Keripik mayang. Menu kue buah pala sangat laris dan diminati pengunjung.
Stand Nagan Raya
Stand Nagan Raya juga menampilkan kerajinan tangan seperti tempat minum, keranjang dari enceng gondok. Selanjutnya ada keranjang, rak, kursi dari rotan, kain sulam benang emas, hiasan dinding kain sulam, tempat tisu, kipas, payung, sajadah, hiasan dinding ayat kursi dari enceng gondok.
Di salah satu pojok standbitu, juga terlihat kerajinan tangan lainnya seperti batok kelapa, bunga dari batok kelapa, lampu hias, teko, piring, sendok, kalung giok, gelang, cincin, rencong dari giok. Sedangkan untuk kuliner ada Kue karah, Bungong kaye, Kue supet, Mue bawang, Teh bajakah dan Kue bhoi.
Discussion about this post